Tuesday 16 October 2012

Suka duka belajar di Jepang

Kata siapa belajar di negeri orang itu enak?

Awalnya mah enak. Tapi kalo udah sampe ke inti dari tujuan kita 'belajar' di negeri orang, trust me, it's a nightmare.
Seperti biasa, di blog yang sangat tandus ini, gue pengen sharing soal suka-dukanya belajar di Jepang. Dari opini gue ini, kira-kira apa sih yang kalian tangkep?

Culture Shock
Yakin dong ngga asing sama kalimat yang di atas ini? Yep. Culture Shock, atau semacam kita musti adaptasi lagi sama budaya yang begitu asing atau sama sekali beda. Detailnya ngga perlu diceritain, karena gue yakin mostly semua orang tau budaya Jepang (secara garis besar) itu seperti apa.
Kebetulan, terlahir dari keluarga yang masih punya hubungan darah sama Jepang, bikin gue ga kaget-kaget amat sama budaya Jepang. Apalagi punya bokap yang udah kayak kembaran kaisar, bikin gue dari kecil udah kenal sama budaya Jepang.
Mungkin dari segi makanan, atau cara mereka beramah-tamah, jelas Jepang itu nomor 1 banget.
But, 6 bulan aja, kalian stay disini, dan bersosialisasi sama rekan sekitar--apalagi yang menjalani hidup sehari-hari, bukan sekedar homestay atau vacation-- pasti akan mikir kebalikannya. Survive disini emang ribet. Ada banyak beberapa budaya Jepang yang selama ini 'keumpetan' dan bikin gue shock setengah mampus pas tau. Misalnya aja nih contoh kecil, Jepang itu paaaling seneng sama yang namanya angket dan formulir. Dan gara-gara itu, gue jadi muak setengah mati sama yang namanya angket atau formulir. Karena di setiap pelosok kota/acara/kampus/promosi dan lain lainnya, lo akan disodori berbagai macam angket. Karena orang Jepang ingin mendengar suara kita (konsumen, orang lain, orang asing dll) dan bikin produk/kegiatan mereka lebih baik dari sebelumnya.Oke itu baru satu.
Masih banyak sebenernya segudang 'culture shock surprises' yang ada di Jepang. Emang lebih asyik kalau kalian ngobrol langsung sama gue, atau coba stay disini hihi.

Education
Siapa sih yang ga mau coba belajar di Jepang?
Gue kira pun awalnya, it's fun fun aja gitu buat bisa kuliah di LN. Ditambah di Jepang, keren, gudangnya anime, yang kayaknya seru pisan gitu sehari-harinya. Dimana temen-temen gue pada iri pas tau gue pake seragam sailor atau merasakan aura komik pas gue berada di ruang kelas, ketemu senpai-senpai kece atau baju olahraga seksi (cihuy).
But that's WRONG, beibeh!
Ngga seenak yang ada di dalem komik. Well kalau dari segi pelajaran, Jepang emang punya agenda yang selalu tepat, dan ga ada miss sama sekali. Mereka selalu memulai dan menyelesaikan kalender kurikulum dengan pas, dan porsinya ga kurang dan ga lebih buat para siswa. Nah sekarang pertanyaannya, bagaimana nih buat para pelajar non-Jepang/mahasiswa non-Jepang?
Itu pun menjadi kotak kejutan terbesar buat gue. Kalian pasti tau, Jepang itu ngga pake alfabet. Mereka pake hiragana-katakana-kanji buat nulisnya. Oke yang ngga tau apa itu 3 huruf tersebut,

Hiragana: ひらがな
Katakana:カタカナ
Kanji: 漢字

Tulisan Jepang pun di adaptasi dari kanji cina. Kenapa dua tulisan itu beda? One day akan gue jelaskan hehe.
Dan sejauh ini, memahami dan mengerti kanji itu adalah sebuah masalah besar yang harus gue hadapi. Perbedaan pemahaman, bahasa, dan maksud dari konteks pelajaran jujur bikin kepala kita 4 kali lipet lebih keras mikirnya. Karena isi kepala gue (sejauh ini) melakukan beberapa step seperti:

- Examine the Kanji
- Remember the Kanji
- Write the furigana (seperti kalimat bantu dari hiragana) so we won't forget the Kanji
- Then combine the pervious kanji with the new kanji--combine the context
- Find the meaning in English
- Then translate it into Bahasa Indonesia
- Still don't get it? Try to find the words in Indonesian language (beserta pemahaman kalimatnya)
- 50% sure for the answer? Then write it.
- Check the Kanji. Miswriting the Kanji will took your point away.

Ribet? Emang.
Gue sendiri sebagai anak HI yang salah jurusan, ngga pernah nyangka kalau kuliah yang bener-bener 'kuliah' di LN (bukan sekedar exchange students atau studi banding--jailah kek pejabat aje) itu naudubilah susaaaaahhhh. Itu merupakan kejutan nomor 3 gue pas gue merasakan bangku kuliah disini. Karena sebelumnya, gue sendiri ngga pernah dikasih tau kayak apa bayangannya kuliah di Jepang, tetek-bengek dan seluk-beluknya. Dan akhirnya gue musti nebak-nebak sampe akhirnya nangis gegulingan sendiri. Bahwa bahasa Jepang yang diperlukan ngga hanya sekedar 'ohayo gozaimasu' atau 'arigato'. Tapi juga bahasa matkul sehari-hari yang bikin otak panas. Gue, yang bermodalkan bahasa Jepang pas-pasan sejak SMA (ikut les bolos melulu huihuihui) dan meneruskan SMA jurusan bahasa Jepang di Jepang benerannya pun cuma dibekali bahasa sehari-hari. Bukan bahasa pelajaran yang sangat mendalam. Apalagi setahun setengah di SMA Jepang dan belajar bahasa doang, bikin gue pun lupa sama pelajaran-pelajaran yang ada si SMA gue dulu. Damn dude. Dan sampe di kampus dan ikut matkulnya pun.. gue merasa dihantam palu Thor.


"BAHASA APA INI?????"

Itulah isi kepala gue kira-kira setiap mengikuti matkul yang ada. Apalagi gua pun kedapetan matkul yang isinya sejarah kota Kochi. Mau tewas ga tuh pas dosennya bilang "mungkin kalian udah belajar di SMA soal sejarah ini." (pak! Sejarah RI aja masih suka lupa paaaakkk....)

Ortu mungkin boleh bangga.. Siapapun mungkin boleh bangga karena gue berada disini. Jujur aja, perasaan yang gue alamin itu galau banget.
Karena gue tau porsi gue ngga lebih dari sekedar membaca dan paham bahasa sehari-hari, gue pun dipaksa untuk bisa, dan gue merasa kapasitas otak ini overlimit. Alias beneran bedol jadi ya tau sendiri kan sesuatu yang kelebihan bikin rusak. Dan gue pun makin ga pede karena situasi demikian. Dan karena itu lah, gue lebih milih ke akademi sebenernya. Ngasah skill yang ada. Karena gue suka musik, gue pengen banget nerusin ke sekolah musik atau seni--kayak yang di pilem pilem (korban pilem). Karena kan belajar ga musti dari buku tulis, toh dari skill kita juga jadi apalagi gue suka kagum banget denger ortu gue/siapapun yang dengan bangganya bilang 'si A dari sekolah musik ini sukses ya! jadi ya!' atau 'dia dari akademi balet ini lho! keren ya bisa kemana aja!' dan lain-lain. Dan itu masih ada di lubuk hati gue terdalam, kalau maybe someday gue bisa kayak gitu.
Tapi ya karena entah keribetan apa yang terjadi di sistem keluarga gue, akhirnya mau ngga mau gue pun lanjut ambil HI disini... (maap curcol)

Jadi, emang perlu dipikirkan secara mendetail buat siapapun yang bersiap-siap lanjut kuliah ke LN. Selain siap-siap digempur sama bahasa matkul, harus siap-siap juga me-review pelajaran-pelajaran SMA yang mungkin keluar di kuliah nanti (kalo ndak salah jurusan). Oke, gue emang bukan orang yang pinter yang cepet nangkep sesuatu. Dan satu hal, akademi atau kuliah yang berbasis skil emang mahal banget. That's why gue lebih pilih pertaruhkan otak biar dapet kampus negeri.

Sosial
Nah ini dia yang juga bikin gue shock setengah mampus. Anggep aja kotak kejutan berikutnya. Gua sendiri emang jarang nonton drama Jepang, atau film-film Jepang. Banter-banter juga Doraemon sama Pokemon atau Minky Momo hihi. Jadi agak-agak ga tau gitu deh soal perilaku beneran remaja disini.
Selama SMA, gue berada di kehidupan asrama dimana rata-rata isinya ya orang-orangnya bisa ditebak. Ditambah, gue pun kelasnya bareng sama orang-orang cina so ngga gitu paham sama keseharian orang Jepang belajar di kelas. Jadi banter-banter ketemu orang Jepang, biasanya di klub (gue ambil Aikido) atau pas ada acara aja sama klub.
Dan mata gue seakan dibuka selebar-lebarnya setelah gue duduk di bangku kuliah. Dimana hampir isinya 100% Jepang (sa-dosennya pun Jepang--yaeyalah) dan bahasanya Jepang (cil minta dicipok Katayama banget sih). Ternyata image yang gue ketahui dari hasil nebak-nebak dan informasi temen-temen penggila drama dan anime, semua berbanding tebalik.
Dimana cewek-cewek Jepang banyakan cantik dempul (no offense, ini hanya dari penglihatan gue dan sejumlah pelajar asing sini huehue), dan cowok-cowok Jepang itu minta di cekek semua. Karena di asrama gue sehari-hari liat Jepang polos tanpa dipoles, sekalinya penuh polesan, ebuset...
Belum lagi pas tau disini tuh sistemnya 'cowok itu nomor 1'. So kasus 'cewek nembak cowok duluan' itu banyak dan ga dikit juga 'cowok-cowok itu pada nolak tanpa belas kasihan'. *turut berduka buat yang kena kasus itu... *true story **bukan story gua tapi

Jelas kita bisa melihat betapa baiknya para Jepang-Jepang yang dewasa dan bagaimana mereka bertutur kata. Bahasa Jepang sendiri (buat gue itu lebih pantes disebut 'magic words')  itu emang istimewa dimana kita harus lihat-lihat orang buat ngomong. Kayak bahasa Jawa, mereka punya tingkatan kesopanannya. Jadi agak lucu aja pas suatu malam gue ke sebuah tempat hiburan, dimana penjaga tiketnya (yang bajunya udah OvEr-gaHoeLzz) dan muka sangar banget ngomong ke gue dengan bahasa yang suuuper halus.
"Jadi semuanya 1000 yen, mbak. Boleh pinjam tangannya untuk di cap?"
Bahasa 'sopan' Jepang itu beda. Dijamin deh yang paham bakalan ngerti. Sama banget kayak pelayan resto yang lagi menawarkan 'untuk tempat duduknya, yang merokok atau tidak, Ibu?'
Jelas, jender memang sangat penting sekali disini. Dan jangan kaget juga kalo banyak cowok-cowok penyuka pink--but they're not gay. Atau cowok-cowok yang suka kuncir" poninya atau pake pin-pin buat rapihin poninya. Bahkan cowok-cowok yang nyatok atau warnain rambutnya banyak (oh ya satu lagi, orang Jepang pun seneng banget ngewarnain rambut. Dan perlu diinget, salon disini mahal. Mending sayang-sayang uangnya buat nyalon). Poin terakhir buat ngadepin orang Jepang: pada tahu game the sims?

sekali lagi, terimakasih, mbah gugel!

game favorit gue sepanjang masa! Bagi para pemain the sims sejati, pasti tau dong karakter para the sims itu kayak apa? Kira-kira orang Jepang itu ngga beda jauh dari situ--menurut gue. Mungkin dengan coba mainin sendiri, bakal ngeh tanpa perlu gue jelasin.

Jadi sebenrnya, bagi para pecinta Jepang (yang berniat lanjut sekolah di Jepang buat pendidikan yang bukan pendidikan istimewa--alias sekolah skill), better you think 4 times before you go here. Pergi ke LN yang non-bahasa Inggris itu ngga sekedar mikirin living costnya aja, tapi juga efek dan kehidupan yang akan lo jalani di dalemnya. Jelas, persiapan lahir batin itu perlu, ditambah persiapan bahasa yang kuat. Mantapkan pilihan. Karena ngga akan ada yang bisa bantu selain diri lo sendiri. That's a fucking damn true story (T.T)

Ilmu gue emang masih sedikit, apalagi gue baru 2 tahun disini. Gue yakin masih ada banyak orang berilmu lainnya yang jauh lebih bijak dalam menanggapi suka dukanya belajar di negeri orang.
Salam dari pulau kecil di Shikoku sebelah Osaka!

^^

7 comments:

  1. waaahh.. O.O
    ganbate yaa.. ><
    kita gak akan pernah tau sepenuhnya klo gak mengalaminya sendiri..

    aku harap kakak bs sering2 cerita gini...
    boleh tanya? disana ada temen2 yg senasib kan? atau emang bnr2 sendirian ngehadepin itu semuaa? x___x

    arigatou..^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. halooo! ganbarimasuyooo! maap banget jarang buka blogger ( .__.)/| kebetulan di kampus orang Indonesianya aku sendiriaaaan hihihihi. feel free ya buat baca" lagi ^^

      Delete
  2. Thanks..
    Dari ceritamu..q dapet tambahan pengetahuan tentang jepang..

    ReplyDelete
  3. emmm artikelnya bagus dan sungguh membuat saya tambah wawasan tentang jepang,
    namun saya sedikit menyanggah tentang paragraf culture shock pada bagian angket dan formulir, klau menurut saya itu adalah hal yang wajar karena itu merupaka strategi pemasaran pada bisnis. klau itu tidak dilakukan maka para pebisnis tidak akan tau apakah produk/kegiatannya diterima masyarakat, klau di indonesia jarang digunakan karena orang indo baca yang tidak suka membaca contohnya brosur (kecuali klau ada diskonnya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo. terima kasih atas komentarnya yaaa. sebenernya angket/formulir di jepang hampir di adakan DIMANA SAJA! hahaha. bahkan sampe ke kampus, atau hal" kecil seperti meminta pendapat tentang cara mengajar si dosen setiap akhir semester. memang benar, itu strategi pemasaran pada bisnis, tapi mengingat formulir dan angket yang bejibun (ga musti di area bisnis saja), bikin saya kaget banget. hehe

      Delete
  4. haloo, suka banget baca blog kakak.
    tahun ini saya rencana sekolah di jepang (bahasa dulu)
    mau tanya kalo untuk masuk university gitu disana susah ga ya? hihi maklum otak saya agak-agak

    ReplyDelete