Thursday 14 May 2015

Indonesia Attack (2)--end

Hola!
Kembali lagi sama saya yang kali ini bakal ngebahas band gue di bagian kedua.

Setelah kita mengungumkan perpisahan terhadap 2 anggota band kita yaitu Mas Katayama dan Mbak Tsutsui, selama 8 bulan kurang lebih kita pun berhenti beraktifitas sama sekali. Dikarenakan, gue juga ada magang di Osaka selama 5 bulan (semua demi nilai dan kuliah huhuhu).

Foto bareng om Katayama pas kelulusan :3 jaman-jamannya rambut buceri (bule ngecet sendiri)

Tapi ternyata hasrat ngeband itu masih tersisa. Gue sendiri selama menetap di Osaka, ngga nyentuh alat musik sama sekali. Sampai akhirnya Amami, nge-line (cieh ngeline euy bahasanya) dan menanyakan keberadaan gue sekaligus berkompromi apakah gue bisa ngeband lagi.
Amami ternyata mengungkapkan kerinduannya (ngeband, bukan merindukan gue) dan bilang ada tawaran manggung lagi. Gue sempet agak mikir perlu gue terima lagi apa engga karena waktu itu niat gue berenti berkarir (duile) di dunia musik udah oval (belon bulet). Tapi katanya sih cuma live kecil-kecilan aja jadi yasudah. Kebetulan waktunya juga pas gue udah kelar magang, akhirnya gue terima tawarannya.

"Terus drummer sama bassisnya piye?" kata gue.
"Gampang lah. Bisa comot junior dimari." kata Amami ngegampangin. "Yang penting show dulu deh cil."
Yawis, kata gue. Akhirnya, dapetlah kita drummer dan bassis supporter. Drummernya sih lumayan bisa dipercaya, soalnya termasuk drummer yang bandnya kece juga di kampus. Bassisnya? Hgg... gue ga gitu paham siapa orang ini tapi sudah dipastikan sepertinya saya ndak jodoh sama orang ini (ehe ehe ehe).

Akhirnya pada November 2014, Indonesia Attack 'nongol' lagi dan ga gitu banyak perubahan (terutama bajunya Amami).


'Penampakan' baru Indonesia Attack setelah sekian lama, bonus si drummer baru bernama Tetsuro 'Kolor' Gonzales. Ga usah tanya juga kenapa panggilan dia Kolor, gue juga ga berani nanya.


Setelah dari situ, gue sempet diskusiin sama Amami, apa perlu kita ganti nama. Cuma emang asa aneh aja kalo misalnya kita ganti nama jadi Monas Attack, rasanya entar malah pada bingung ini grup band apaan dan gue paling mager adaptasi lagi. Belum lagi, kalo ganti nama, artinya ganti gaya musik juga dong ya? (apa ngga juga sih?). Setelah berbagai macam pendapat, kita pun memutuskan tetap menggunakan Indonesia Attack.
"Sekalian, kenang-kenangan dari mas Katayama." kata gue menutup diskusi.

Kita sempet berganti personil drummer dan bassis lainnya. Di acara live lainnya, kita malah pake bassis bule yang kebetulan juga kenalan gua hauehauheua.

Bassis lainnya yang bernama Guy, orang Amrik KTP sini dan drummer di cajon, Kota.

Saat live yang kedua kalinya disini, sesungguhnya Amami dan Kota itu lagi pilek abis-abisan. Sepanjang jalan pun mereka bawaannya bersin-bersin, ditambah si Kota kaga bawa tisu dan mau ga mau pake sapu tangan gue yang belon dibalikin ampe sekarang :| (Ambil aja dah ambiiiilll)

Setelah ini pun, gue sempet ngga gitu yakin buat lanjut lagi bandnya. Merasa agak putus asa, karena Amami sendiri orangnya susah ditemuin dan gue kehilangan ide buat bikin lagu.
Jeleknya band gue ini, dari dulu anggotanya selalu berjalan sendiri-sendiri. Mentang-mentang berasal dari berbagai pelosok berbeda di Jepang (basis gue orang lokal sini alias Kochi, drummer gue orang Kobe, Amami sendiri dari pulau 'Amami Oshima' yang deket sama Kyushu sana), semuanya bersifat kedaerahan (?). Jadi susah diajak diskusi, dan memiliki kemacetan dalam membuat kita 'keluar' dari tempat yang gitu-gitu aja. Ngga ada broadcasting, promosi, atau mencoba ikut audisi kemana-mana. Selama setahun lebih lamanya, gue dilema dan akhirnya menyerah banget dan selalu berniat berhenti dari band ini.

Akhirnya pada suatu kesempatan, gue menanyakan Amami buat manggil basis dan drummer yang waktu itu pernah ikut ngeramein festival kampus. Gue juga ga terlalu kenal siapa mereka, tapi menurut kabar yang beredar, mereka sangat dewa sekali.

festival sekolah pada bulan November 2014, dengan dua personil tambahan yang sekarang jadi member tetap kita :3


"Tapi mereka udah kerja, Cil." kata Amami. "Gue ga yakin mereka mau kesini lagi apa engga..."
"Yaaa buat cadangan aja, jaga-jaga kalo ada manggung lagi. Kontak mereka jauh-jauh hari aja, gimana?"
"Bisa juga sih. Gue tanya lagi deh ya."

Ternyata ngga sampe seminggu, penantianku membuahkan hasil! Hasilnya positif Ternyata si drummer dan basis itu setuju asal kalo latihan sabtu-minggu. Mereka ga permasalahin kalo harus dateng dari Kobe dan Tokushima buat ke Kochi. Meskipun tidak ada pengunguman resmi, sejak Januari 2015 kita pun resmi mejeng jadi band beranggotakan dua orang ini:

Kiri: Kohei Funabiki (Drummer, asalnya dari Kobe), Kanan: Asahi Yamasaki (Bassis, asalnya Kochi tapi KTP Tokushima)
Kali ini, gue sukses jadi satu-satunya anggota yang paling cantik. Oh jelas, karena semuanya pria. Dan gue literally perawan di sarang penyamun ehe.
Dibandingkan yang lalu, Indonesia Attack dengan wajah baru ini akhirnya memiliki berbagai macam perubahan. Salah satunya warna musik (dimana mas Asahi dan Amami ini demennya ngerok-rokan yang ada bikin gue megap-megap kalo nyanyi). Kemudian, kita lebih friendly dan bisa dengan mudahnya di ajak berkomunikasi. Apalagi, di ajak foto bersama.

Foto pertama dengan member baru di tengah-tengah kota Juso, Osaka yang bersalju.

Huahua tapi tetep sih se-friendly-friendly-nya Jepang... *bisik-bisik*

Mengenai profesi, mas Asahi bekerja sebagai PNS, di balai kota di Tokushima. Dengan bentukan fisik yang kecil (dimana lebih besar ukuran bassnya dia daripada badannya), berwajah imut dan awet muda, memang agak kurang pantes kalo dia pake jas dan bawa tas kantoran. Wajahnya tidak seresmi bajunya. Nilai lebih lainnya, mas Asahi sendiri ternyata pernah menjuarai kompetisi bassis tingkat nasional (dan denger-denger sih juara 1) dan pernah masuk majalah bass juga. Ngga heran, rupanya selama dia ngampus dia itu jadi banggaan anak-anak klub musik dan itu adalah alasan kenapa gue memercayai mas Asahi buat 'menghidupkan' band gue ini huahuahue.

Sedangkan mas Kohei, dengan perawakan agak chubby yang murah senyum, adalah seorang guru matematika SMA (pantes aja pertama kali kenalan mukanya kayak rumus). Dia maennya jago. Banget. Katanya udah main drum sejak SD dan keterusan sampe sekarang. "Saya itu sebenernya dulu aktif main baseball," katanya. "tapi ketimbang mukulin bola, saya ternyata lebih seneng mukulin temen eh snare ehe."

Minus pointnya: Mas Asahi itu Paman Gober.

Beberapa waktu lalu ketika menikmati masa-masa quality time sama semua member, gue baru tahu akhirnya kelakuan para cowok-cowok itu terlepas dari megang alat-alat musik.
Pada dasarnya sih semuanya seragam: kaga ada yang nalar. Maksudnya nggak sejenis cowok-cowok yang ladies first gituloh. Mereka lebih menjunjung tinggi equality dimana gue sendiri disuruh angkat-angkatin ampli huhuhuhu.

Tapi gue seneng banget akhirnya gue punya band yang 'hidup', yang akhirnya punya visi-misi, ga cuma asal gonjreng aja di panggung-panggung.
Salah satunya yang paling banyak ikut berkontribusi akan segala macem itu adalah bassis baru kita, mas Asahi, yang rajin ngelagu dan ngirim-ngirim hasilnya, atau ikut nge-cover-cover, dan nge-upload video-video manggung kita (IYA! Indonesia Attack punya yutup loh! Mampir disini ya!). Pokoknya berbagai medsos sejenis yutup, twitter, line (ID: @IBP3130U), pesbuk, (sampe vine pun ada) ini itu wis nongol deh.
Meskipun agak telat, akhirnya kita bisa 'nyebar' ke berbagai tempat buat ngiklanin dan promosi jadwal manggung huahua (berasa Beyonce). Yah namanya juga usaha, Bapak-bapak, Ibu-Ibu...

Telat tapi pasti, gue bersyukur banget hasil manggung kita ngga ada yang ngecewain!
Berkat kerjasama yang baik, band gue pun akhirnya bisa manggung dengan lancar setiap saat. Salah satunya, kita pun akhirnya manggung pertama kali di luar Kochi, yaitu di Kobe, daerah rumahnya mas Kohei.

Indonesia Attack manggung di Kobe, bulan April 2015

Dari situlah, kita pun akhirnya mulai memikirkan kedepannya harus gimana, salah satunya proyek rekaman dan penglepasan album baru. InsyAllah :3
Hasil manggung di Kobe pun ga mengecewakan!
Meskipun 80%nya adalah siswa-siswa dari mas Kohei, ternyata nama band kita langsung menyebar di daerah Kansai. Apalagi, anak-anak kecil itu pun langsung tertuju matanya ke... mas Asahi :)))

Mas Asahi rupanya jadi ikon Indonesia Attack banget. Gue mendapatkan kesimpulan selepas kita manggung di Kobe beberapa waktu lalu:
"FUNASSSSSHHHIIIIIII!!!!!!!"
My drummer, a math teacher, invited all of his students to the live and the only one who is really famous in that live house.
"ASAHIIIIII!!!! OMG OMG ASAHIIIIIII!!!!! KYAAAAA ASAHIIIIIII!!!!"
My bassist, a candy eye for all the girls, and everybody makes a line to take a picture with him.
"WHO IS THAT GUITARIST??? HE PLAYED LIKE A PRO, DAMMIT."
Morita Koyo doesn't exist but his guitar does.
"Permisi, Mbak. Mau English Menu-nya?"
A life of foreign vocalist.

Iya dan itu true story banget. Sebel ga sih huhuhuhu.

Tapi setidaknya, mudah-mudahan kita bisa awet seterusnya ya :) Karena ngeband disini juga jadi pengalaman yang berharga banget selama gue kuliah di Jepang.

Salam cihuy! Anak cewek di sebelah gue itu mantan siswanya drummer gue, dan dia adalah manajer (ngga resmi?) kita ehe. Jauh-jauh dateng dari Kobe cuma buat moto-moto dan jagain semua barang dll.


0 comments:

Post a Comment